Menu

April 23, 2015

Fighting & Facing the Giant

'Fighting the Giant'
Apa yang muncul di pikiran kalian ketika membaca kata-kata tersebut?

Giant. Raksasa? atau malah Takeshi yang suka mem-bully Nobita di kartun Doraemon?
Hahaha... bukan, bukan...

Giant dalam bahasa Inggris memiliki makna 'raksasa' atau sesuatu yang besar dan menyeramkan.

Aku pengen cerita tentang sesuatu yang aku alami di masa lalu.

Dulu, waktu kecil, aku paling suka naik sepeda. tiap pagi aku selalu naik sepeda dan keliling dengan menempuh jarak yang lumayan jauh, aku mengayuh sepeda dengan papa. Aku melakukannya setiap pagi dan setiap hari. Kebiasaan itu aku lakukan sejak aku duduk di bangku Sekolah Dasar hingga SMP. Sedari aku kecil hingga aku tamat SMP, aku tinggal di sebuah kota kecil di Jawa Timur, yaitu Pare-Kediri.

Aku paling suka dengan udara pagi, dingin dan sejuk...
Pada saat aku masih kecil dulu, udara terasa lebih sejuk dan lebih bersih, Berbeda dengan sekarang ini. Pasti karena efek global warming yang semakin parah, dan juga asap kendaraan yang semakin hari semakin banyak dan cukup mengotori lingkungan. Aku sangat merindukan masa kecilku :'(

Ya, setiap hari aku selalu bersepeda keliling kampung halamanku dengan papa yang selalu menemaniku. sekitar 3 jam sehari aku bersepeda di pagi hari.
Aku mengayuh sepeda melewati area perumahan, persawahan, bukit, jalan berbatu, hingga jalan yang curam sekalipun. Tidak ada ketakutan sama sekali. aku hanya mengayuh sepedaku dengan riang sembari menikmati udara pagi yang sejuk dan suasana kampung halaman yang menenangkan hati.

Semua berjalan seperti biasa, hingga suatu hari, aku menghadapi sebuah pilihan yang harus segera aku lakukan.
Saat itu, aku melewati sebuah tikungan tajam, aku sudah berjalan di pinggir, namun ada sebuah truk yang melaju dengan kencang dari tikungan tersebut. Aku terkejut.
Di depanku, ada sebuah truk yang melaju dengan kencang, dan di sisi kiri, ada tembok yang berbatu dan banyak paku di sisi-sisi permukaanya.

Ini adalah sebuah pilihan.

Aku tahu, kalau aku tetap mempertahankan posisi dan arah sepedaku, aku akan mati karena truk tersebut akan mencabik dan melindasku dengan roda-rodanya yang besar. Dan kalau aku memutar setir sepedaku ke arah kiri, maka aku akan menabarak tembok berbatu yang memiliki banyak paku di permukaanya itu. Dan entah aku akan menjadi seperti apa.

Ya, ini adalah sebuah pilihan kecil yang memiliki resiko yang sangat besar.

Tanpa banyak berpikir, aku mengambil pilihan dengan resiko yang lebih kecil.
Ya, aku memilih untuk memutar setir sepedaku ke arah kiri.
Aku meng-rem sepedaku mendadak, berusaha menghentikan laju sepedaku,
Namun pada saat itu rem sepedaku tidak berfungsi. dan aku tidak bisa mengontrol laju sepedaku.
Jalan berbatu dan posisi tembok sudah sangat dekat.

Otomatis, aku menabrak tembok berbatu itu dan terjatuh.
Sekilas aku tidak merasakan apa-apa. Aku seperti tidak sadar sepenuhnya.

Papa menolongku, dan tak lama kemudian aku mendapatkan kesadaranku kembali.

Kalian tahu apa yang terjadi padaku pada saat itu?
Banyak bagian kulitku yang robek. berdarah, hingga kuku-kuku kakiku terlepas dari tempatnya.
Banyak luka memar dan goresan-goresan batu di kulitku.

Aku terpaksa rehat untuk beberapa hari dan tidak bersepeda untuk beberapa saat.

Setelah pulih, aku kembali bersepeda, Kegiatan yang selalu kulakukan setiap harinya.
Semua berjalan seperti biasa, tidak terjadi apa-apa.

Sampai pada suatu ketika, aku kembali terjatuh di sebuah jalan berbukit.
Jalan ini seperti bukit, menanjak naik, kemudian turun dengan jalan yang curam.

Karena jalan tersebut curam, aku tidak mampu meng-rem sepedaku dengan maksimal,
Dan ada batu yang menghalangi laju roda sepedaku, sehingga sepedaku oleng ke samping dan aku-pun terjatuh.
Untung saja aku terjatuh di sisi kiri, yang mana adalah trotoar. Aku tidak bisa membayangkan kalau aku jatuh di sisi kanan, Di saat itu, banyak kendaraan yang lalu lalang. Kalau saja aku jatuh di sisi kanan, pasti aku sudah terlindas dan entah bagaimana lagi kelanjutannya.
Aku kembali mendapat banyak luka dan goresan dari kecelakaan itu.

Sejak kejadian itu, aku mengalami sedikit trauma dan takut untuk melewati jalan yang curam dengan sepeda lagi.

**************************

Itulah sedikit pengalaman yang ingin aku bagikan melalui tulisan di blog-ku ini.

Kalian tahu, di Jepang, aku selalu mengayuh sepeda, bahkan untuk pulang-pergi ke sekolah, aku juga mengayuh sepeda. Dan aku harus melewati jalan yang berbukit setiap harinya, Jalan yang berbukit, menanjak naik kemudian turun.

Pada saat pertama kali aku tahu bahwa aku akan melewati jalan tersebut, aku merasa sangat-sangat takut. Ya, sekilas kejadian beberapa tahun lalu terngiang kembali di pikiranku.

'Tuhan, aku tidak bisa! Aku takut!'

Ya, aku pernah mengalami kejadian buruk yang berhubungan dengan jalan yang curam di masa lalu.

Pada saat itu malam hari setelah aku membeli sepeda, aku pulang dengan mengendarai sepeda baruku.
Pada hari itu, salju turun, padahal di musim semi. Udara yang sebelumnya dingin menjadi semakin dingin dan membuatku menggigil dan aku merasa seluruh badanku kaku karena kedinginan.

Saat itu, aku dihadapkan dengan ketakutan yang selama ini tersembunyi dalam hatiku.
Sebuah ketakutan yang disebabkan oleh karena sebuah kejadian buruk yang pernah menimpaku.

'Tuhan, aku takut!...'

Aku benar-benar takut pada saat itu. aku benar-benar merasa takut dan semua kejadian beberapa tahun lalu kembali terngiang di pikiranku bagaikan sebuah film yang di replay kembali.

Namun, aku tidak boleh berlama-lama dan hanya berdian di puncak jalan yang menanjak tersebut.
Temanku sudah menunggu dan dia sudah melaju terlebih dahulu.

Aku pun memutuskan untuk langsung menaiki kembali sepedaku dan menuruni jalan bukit yang curam itu. Sepedaku melaju dengan kencang, jalanan licin karena hujan. Penglihatanku menjadi samar-samar karena air hujan yang terus membasahi mataku, dan juga lampu-lampu gedung dan kendaraan yang membuatku silau.

Sepedaku melaju tak terkendali,
Kala itu, aku memegang erat kendali, Sesekali aku hampur terjatuh. Aku tidak bisa mengerem mendadak, karena aku tahu itu malah akan membuat sepedaku oleng dan jatuh.
Aku merasa sangat takut pada saat itu.
Kecelakaan beberapa tahun lalu benar-benar tercermin pada saat itu, perasaanku sama dengan perasaanku beberapa tahun lalu.

Singkat cerita, aku berhasil melewati jalan curam tersebut.

Namun, semuanya tidak berhenti pada hari itu saja!
karena aku harus melewati jalan itu setiap hari untuk berangkat ke sekolah.

Awalnya aku takut, aku hanya berjalan dan menuntun sepedaku untuk menuruni jalan curam tersebut.
Namun, aku berpikir, 'Sampai kapan aku akan ditekan rasa trauma?'

Kalau kita memiliki trauma pada seseuatu hal, itu berarti kita pernah merasa terluka di suatu hal itu.

Aku memiliki dorongan untuk mengatasi rasa takutku. Perlahan, aku mencoba untuk menuruni jalan yang curam tersebut dengan sepedaku. Pada awalnya aku merasa sangat takut. Namun, seiring aku mencobanya, perlahan, sedikit demi sedikit, perasaan takut tersebut hilang.

Dan hingga sekarang, aku sudah tidak merasa takut lagi dengan jalan yang curam tersebut.
Karena aku terus mencoba dan membiasakannya kembali.
Aku mencoba melawan rasa takut yang terus menekan dan memaksaku untuk mundur.

*************************
Giant.
Ya, Setelah membaca kisahku, apa yang terbayang di pikiran kalian mengenai kata 'Giant' ini?

Giant yang aku maksud bukan berarti monster ataupun makhluk besar yang menakutkan.
Tapi giant yang paling berpengaruh ada dalam diri sendiri!

Kenapa?
Benarkah 'giant' yang paling menakutkan itu ada dalam diri kita sendiri?

Ya, 'ketakutan dari dalam diri sendiri'.
itulah giant yang paling besar dan bisa menghentikan dan membunuh langkahmu.
dan giant yang paling besar tersebut pasti ada dalam diri setiap orang.

Ada banyak sekali giant yang berdiam dalam hati kita.
Ada rasa tidak percaya diri, minder, trauma, rasa takut, malas, perasaan iri, dengki, dendam, dan lain sebagainya.
Itulah giant yang berdiam dalam hati masing-masing orang, tetapi mereka tidak menyadarinya.

Dalam kasusku, aku merasakan, bahwa giant yang berdiam dalam hatiku adalah rasa trauma akan kejadian yang pernah aku alami di masa lalu,

Kalian tahu, bahwa mengabaikan itu tidak akan pernah menyelesaikan suatu masalah. Sebuah luka yang menganga, jika dibiarkan begitu saja dan tidak segera diberikan perawatan, maka akan terasa semakin sakit, bukan?

Jalan satu-satunya untuk membereskan trauma tersebut adalah dengan kembali ke sumber trauma dan luka tersebut, dan segera menyelesaikannya!
Memang prosesnya terasa menakutkan, tapi jika perasaan takut itu terus menerus dilawan, maka giant yang berdiam dalam diri kita-pun perlahan akan sirna.
Dan jika dibiarkan begitu saja, lama kelamaan si giant tersebut bukannya hilang, justru akan menjadi semakin dan semakin besar. Believe it!

Suatu pemulihan pasti terjadi di tempat yang sama seperti semula, tempat yang sama dimana kita mengalami luka atau trauma tersebut.
Ketika kita mengalami sebuah luka, Tuhan pasti akan mengembalikan kita ke tempat yang sama dimana kita terluka. Karena, di tempat yang sama itulah pemulihan akan terjadi.

Satu hal lagi...
Aku paling suka film horror Jepang, aku paling hobi banget nonton film horror Jepang.
Dan singkat cerita, suatu ketika ada field trip ke Kamogawa.
Disana, aku mendapatkan kamarku sendiri.
Kamar hotel dimana aku menginap tersebut bergaya Jepang klasik. Hahaha...

Otomatis, bayangan-bayangan akan berbagai film horror yang telah aku tonton selama ini pun mulai bermunculan. apalagi, settingnya mirip-mirip.
Dan aku harus tidur sendirian malam itu?!

Memang ada perasaan takut yang menyergap, tapi, aku berusaha untuk melawannya.
Melawan dan berusaha menghilangkannya.
Dan alhasil, aku bisa melakukannya, tanpa ada perasaaan takut sedikitpun.
Walaupun kelihatannya susah untuk menekan dan menghilangkan perasaan takut. Tapi jika kita tetap 'keep fighting & facing the giant', maka si giant yang berdiam dalam hati kita tersebut perlahan akan sirna.

Rasa malas juga termasuk giant lo. Kenapa?
kalau rasa malas sudah menyerang, rasanya sudah nggak pengen melakukan apa-apa, bahkan kewajiban-pun jadi terbengkalai dan ujung-ujungnya semua menjadi kacau.

Tapi, semua kembali lagi ke diri sendiri.
Just depends on yourself!
Bagaimana caranya menghadapi bahkan mengusir keluar giant yang berdiam dalam dirimu.

Giant seperti apa yang ada dalam dirimu?
Keep fighting and facing the giant
Dont be afraid and always do your best!
Dont lose your courage.
Push yourself till the end!
Just be brave and do it!

1 comment :

  1. Jadi ingat buku Antony Robbins yang judulnya Awaken The Giant Within, bedanya disana Giant adalah hal yang ada dalam diri kita namun tidak keluar karena "Giant" yang Ai maksud. :)

    ReplyDelete